SUARAaktual.co | Pekanbaru,_ Meski diketahui untuk saat ini, pemerintah telah melarang adanya pungutan di sekolah negeri, namun ada saja alasan pihak sekolah untuk membenarkan sejumlah pungutan yang bisa dikategorikan sebagai pungutan liar (pungli) kepada wali muridnya.
Salah satunya, adalah kegiatan study tour yang biayanya juga tidak sedikit, biaya ini merupakan salah satu dari sekian banyak jenis Pungli kerap dilakukan pihak sekolah di semua tingkatan pendidikan. Bahkan hal ini menjadi keluhan dari sebagianya orang tua/wali murid yang kemampuan ekonomi lemah.
Seperti di SMA Negeri 3 Tapung Kabupaten Kampar, yang akan mengadakan kegiatan study tour ke Sumatra Barat (Sumbar). Dan menetapkan dengan memungut biaya yaitu sebesar Rp1.398.000/siswa. Studiy tour ke Sumbar itu direncana akan berangkat pada bulan Juni 2024 mendatang.
Menurut salah seorang siswa SMA Negeri 3 Tapung yang tak mau disebut namanya. Dia mengatakan, ini merasa keberatan dengan adanya biaya study tour yang memberatkan orang tua. "Kata ibu saya, biayanya itu bisa dibilang mahal, soalnya saat waktu di SMP study tour selama 3 hari 2 malam biayanya cuman Rp350.000," ujarnya.
Sementara sambungnya, study tour di SMA Negeri 3 Tapung ini, yakni selama 4 hari 3 malam dengan biaya Rp1.398.000. Siswa itupun menjelaskan, sewaktu kakak kelas ada study tour hanya dibebani yaitu sekitar Rp1.075.000. Tetapi kini biayanya sampai Rp1.398.000. Sedangkan, jika siswa tidak ikut dikenakan juga biaya Rp400.00 untuk membayar revisi makalah.
"Sebenarnya teman-teman ini banyak yang bilang, kalau biaya study tour Rp1.398.000, kemahalan, tapi karena dibilang yang tidak ikut harus bayar Rp400.000. Maka, didalam hal ini ada mendingan tidak ikut. Kami satu kelas bilang kepada ibu wali kelas, apakah tak ada rapat orang tua dengan guru. Tapi, saat itu kata guru tidak usahlah, kalian saja yang bilang pada orang tua,” ujarnya.
Senada itu juga disampaikan salah seorang siswa SMA Negeri 3 Tapung lainnnya, yang tidak mau disebutkan nama. Dia menyebut, untuk keberangkatan itu dijadwalkan bulan
Juni 2024 awal atau akhir. Ada tujuh kelas yang berangkat. Tapi, jika tidak ikut, maka tetap juga bayar Rp400.000. Namun yang dikatakan kakak kelas jika tidak ikut study tour itu makalahnya dipersulit.
Terkait hal ini, Rinaldi selaku Kepala SMA Negeri 3 Tapung, saat dikonfirmasi awak media di ruang kerjanya menyampaikan, bahwasa pihaknya akan mempelajari. "Ini kami pelajari dan selalu tampung dari hal keluhan orang tua. Kalau orang tua tidak mampu, iya kita tidak berangkat. Tapi jika, ada sebagianya ingin berangkat, tentu kita biaya seminimal mungkin," ujarnya.
Sambungnya, aspirasi ditampung. Namun kegiatan ini yang biasanya disebut dengan kegiatan study observasi siswa, setelah itu diajarkan menulis seperti makalah. Lanjut kemudian ada pengujian pembimbinganya oleh majelis guru. Jadi artinya, dilakukan study tour tersebut bukan hanya sekedar jalan-jalan saja seperti jadi dugaanya dari para pihak.
Sebut dia, terkait ini pihaknya akan segera mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk dicarikan solusi. Tentunya, disaat ini data dulu siswa akan berangkat, dan untuk ekonominya bagus itu jika bisa ini dengan memakai sistem subsidi silang. Dikasihan ini juga anak-anak yang ingin berangkat, hanya karena ekonominya kurang jadi tak berangkat.
"Kalau bisa kita subsidi silang, kita bantu mereka. Kasihan juga, karena itu kendala ekonomi mereka tidak berangkat. Karena itu, dilaksanakan kalau dinas mengizinkan kita berangkat. Tetapi, jikalau dinas tidak mengizinkan tentunya kita tak berangkat, kita patuh dengan aturannya. Maka, akan berkonsultasi dengan Pak Kacab dan Pak Kabid, dengarkan arahan," ujarnya.
Disinggung adanya ketentuan bagi yang tak ikut study tour itu dikenakan biaya sebesar Rp400.000, dengan halnya dana digunakan revisi makalah ? Hal adanya demikian, kata Kepala SMA Negeri 3 Tapung inipun malah membantah. Ungkapnya, bahwa hal seperti itu tidak benar sama sekali.
(Irul)
Komentar Anda :