Pilihan Editor Galeri Foto AdvertorialPopular
   
 
Puasa & Hak Milik Atas Tubuh
Kamis, 31 Maret 2022 - 21:09:15 WIB
TERKAIT:
   
 

 

 




 



SUARAaktual.co| Jakarta-Kepemilikan Tubuh adalah bentuk ontologis wujud manusia. Ia membentuk sebuah struktur bentuk, dan dari tubuhlah kemudian teridentifikasi karakteristik gender manusia. Tubuh tidak saja hadir dalam fisik, melainkan juga dalam pemikiran. Ia sejak lama menjadi objek perdebatan: siapa yang memiliki hak milik atas tubuh?

Tubuh menjadi perebutan diantara beragam entitas: budaya manusia, politik, hingga industri dan pasar ekonomi kapitalistik. Manusia dalam paradigma liberal selalu memandang sebuah kebebasan nilai guna tubuh, karena tubuh adalah milik si pemilik tubuh. Manusia yang memiliki tubuh memiliki sebuah kesadaran penuh bahwa ia menggunakan tubuhnya secara bebas, dan terlepas dari pengaruh eksternal.

Ketika aku memiliki tubuh yang melekat pada diriku, maka aku memiliki kekuasaan dan kebebasan untuk menggunakan tubuh sesuai dengan kehendak bebasku sendiri. Pihak eksternal di luar diriku tidak berhak dan tak kuasa untuk mengatur dan mengendalikan tubuh yang kumiliki. Tubuhku melekat ke dalam diriku, sehingga memunculkan hak kepemilikan atas tubuhku secara mutlak.

Sebagai pemilik, aku mengendalikan tubuhku dengan kesadaranku sepenuhnya. Kebebasan untuk menggunakan tubuhku sendiri adalah sebuah kehendak tertinggi. Kebebasan, kesederajatan, adalah nafas liberalisme, dan kini tubuh mendapatkan kekuatan untuk menolak segala hal yang mengekang kebebasan penggunaan tubuh secara penuh dan mutlak.

Liberalisasi tubuh yang memberikan kuasa mutlak atas kepemilikan tubuh, sehingga sang pemilik tubuh bebas penuh dalam menggunakan tubuhnya memunculkan beragam pertanyaan: apakah tubuhku adalah milikku sepenuhnya? Jika tubuhku adalah milikku sepenuhnya, lalu bagaimana aku dapat melindungi tubuhku dari upaya perebutan pihak luar tubuhku? Penyakit, kapitalisme industri ikut merebut kepemilikan tubuhku, yang acapkali aku tak kuasa melawannya.

Virus hingga bakteri ikut merebut penguasaan atas tubuh manusia. Sakit adalah bentuk kegagalan manusia mengendalikan tubuhnya, dan kini manusia bukan pemilik tubuhnya secara mutlak. Virus, bakteri, sebagai jasad renik yang begitu kecil dengan mudahnya mengambil alih kendali tubuh, hingga manusia terkulai tak berdaya bahkan tewas menemui ajalnya.

Industri kapitalisme sejak lama mengendalikan tubuh manusia, sehingga manusia tidak lagi bebas memiliki tubuhnya sendiri secara penuh. Industri fashion tidak hanya hadir dalam wujud busana pakaian. Ia membawa ideologi kapitalisme yang mengendalikan sudut pandang komunitas manusia. Jika di abad pertengahan tubuh yang ideal adalah tubuh yang gemuk, karena melambangkan kesuburan. Kini tubuh yang ideal adalah tubuh yang tinggi dan langsing, sehingga siapapun akan tersinggung jika disebut gemuk. Lihatlah bagaimana lukisan Monalisa sebagai sebuah perwujudan simbol wanita cantik di abad XVI, maka kini lihatlah bagaimana wujud wanita cantik dalam gambaran Abad XXI. Perubahan paradigma tubuh sangat dipengaruhi oleh dunia industri global dalam memandang konsep indah dan tidak indah dalam alam berfikir manusia atas idealitas tubuh manusia.

Puasa dan Kesadaran atas Tubuh

Puasa telah ada jauh sebelum Islam diturunkan, ia menjadi kewajiban bagi berbagai peradaban umat manusia (Qs.2:183). Puasa hakikatnya adalah upaya pengembalian kesadaran manusia atas penguasaan tubuhnya. Ia bukan pemilik mutlak atas tubuhnya. Liberalisasi tubuh telah mampu membawa manusia ke dalam beragam penyakit. Penguasaan industri kapitalistik telah pula merampas kepemilikan tubuh manusia melalui perubahan paradigma atas mana yang disebut indah, dan mana yang tidak indah dalam paradigma industri tubuh manusia.

Tubuh hakikatnya adalah milik Allah, karena Dia yang menciptakan tubuh beserta beragam komponen mekanikanya (Qs.[75]:37-39). Manusia sebagai pengguna atas tubuhnya rupanya tidak mampu memilikinya secara mutlak. Tarik-menarik kehendak dalam perang kepemilikan tubuh telah menunjukkan kegagalan manusia dalam memiliki sekaligus mengendalikan tubuhnya secara mutlak.

Puasa adalah bentuk dari rekonstruksi kesadaran terdalam bahwa Allah adalah pemilik atas tubuhmu. Ia yang berkehendak menentukan tubuhmu untuk hidup atau bahkan mematikan tubuhmu (Qs.3:145). Puasa mengajarkan sebuah kondisi bahwa tubuhmu adalah milikNya, dan untuk itu tubuhmu bukanlah bentuk dari simbol-simbol kebebasan atas kehendakmu.

Puasa mengembalikan kesadaran umat manusia untuk mengembalikan tubuhnya kepada Allah, bahwa kepemilikan atas tubuh adalah milik penciptaNya. Bahwa manusia adalah pengguna tubuh yang mempertanggungjawabkan penggunaan tubuh semasa hidupnya. Tubuh manusia merupakan sebuah relasi metafisika transendental antara pemilik dan penggunanya, antara Allah sebagai pencipta dan pemilik dan manusia sebagai pengguna tubuh.

Puasa bukan menahan lapar dan dahaga, melainkan meletakkan Allah dalam kesadaran terdalam umat manusia sebagai pemilik tubuh yang sesungguhnya. Manusia mengembalikan kesadaran atas tubuh sebagai sebuah bentuk metafisis, selain sebagai bentuk wujud fisik. Bahwa Allah sebagai penggerak yang mengendalikan alam semesta menjadi tauladan utama bagaimana manusia mengendalikan tubuhnya dalam keteraturan dan bukan atas dasar kebebasan mutlak.

Bahwa tubuh manusia yang tumbuh berkembang dari zat yang hina, lalu Allah muliakan dengan kesadaran akal juga keyakinan iman, menjadikan tubuh bukanlah semata benda wujud ragawi. Tubuh tidak bermakna tanpa ruh sebagai mesin mekanika utama tubuh manusia. Sedangkan ruh adalah kehendak Allah yang melampaui rasionalitas nalar manusia. Ruh menjadi fakta metafisika ketuhanan dalam diri tubuh manusia yang terdalam. Puasa menumbuhkan ruang kesadaran bagi manusia bahwa ia adalah wujud mekanika transendental dengan Tuhannya.

Puasa adalah kebahagiaan dan kedamaian ruhani, puasa memerdekakan tubuh dari tarikan-tarikan kapitalisasi tubuh yang mendera. Bahwa tubuh menjadi bentuk kemuliaan manusia ketika ia berada dalam relasiNya, bukan dalam genggaman pasar kapitalistik global. Tubuh melaparkan dan menjauhkan diri dari beragam tarikan selainNya. Bahwa Allah menciptakan manusia dengan kelengkapan mekanika tubuhnya untuk selalu menyembahNya, sebuah totalitas tubuh manusia untuk bersama dengan pemiliknya yaitu Allah.

" _Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku._ " (Qs.51:56).Oleh Fokky Fuad Wasitaatmadja.Dosen Program Magister Hukum.Universitas Al Azhar Indonesia






Loading...




 
Berita Lainnya :
  • Peparnas Medan, NPC Riau Ingatkan Pelatih dan Atlet Jalankan Program Latihan Maksimal
  • Pj Gubri Ikuti Peringatan Hari Otda XXVIII di Surabaya
  • Komisi III DPRD Riau Beri Dua Opsi pada Pemprov untuk Seleksi Dirut BRK Syariah
  • KPU Provinsi Riau Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2024
  • Pagi Ini Hotspot di Provinsi Riau Nihil, dan Pulau Sumatera Ada 14
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
     
    Redaksi - Disclaimer - Pedoman Berita Siber - Tentang Kami - Info Iklan
    © 2016-2024 SUARAAKTUAL.CO, all rights reserved