Pilihan Editor Galeri Foto AdvertorialPopular
   
 
Hikmah Puasa Terhadap Moralitas Muslimin
Rabu, 14 April 2021 - 16:03:51 WIB
TERKAIT:
   
 

SUARAaktual.co,_ Puasa secara istilah adalah menahan diri dari makan minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Berpuasa merupakan pendidikan fisik dan jiwa, badan dilatih tidak makan minum padahal perkara itu halal dihari biasa supaya tubuh sehat.

Ketika bisa mengkontrol nafsu makan artinya iman mampu mengendalikan kecendrungan nafsu yang biasanya mengarah ke keburukan. Sedangkan jiwa melalui ibadah puasa, seseorang memiliki kesadaran akan pengawasan melekat dari Sang Maha Pencipta. Dampaknya selalu hati-hati dalam bertingkah laku agar taat patuh menjalankan kewajiban dan menjaga diri tidak menyimpang dari rel aturan-Nya.

Ancaman besar yang merusak kepribadian seseorang ketika hawa nafsu mengendaikan kecendrungan (feel) dalam diri seseorang. Padahal jelas, Kecendrungan hawa nafsu selalu mendorong manusia mencari kepuasan bersifat materi. Bila mencapai tujuan kepuasannya ditempuh melalui menghalalkan segala macam cara, ini mengakibatkan menusia akan terjerumus pada tindakan amoral sampai kriminal.

Indonesia sendiri sedang mengalami kegawat daruratan moral. Begitu banyak tindak amoral dan kriminal yang dilakuan oleh seluruh strata sosial yang ada baik itu pejabat, rakyat, pengusaha dan lainya. Terjadi korupsi yang menyebabkan uang rakyat triliunan lenyap, membuat KPK lembaga anti risywah ini tak pernah bisa beristrirahat berjuang memberantas koruptor tetapi nyatanya tetap tumbuh subur. Begitupun lembaga kepolisian setiap waktu sibuk memberantas kejahatan seperti pencurian, perjudian, pelacuran, perampokan, pembunuhan dan lain-lain.

Belum lagi kejahatan lingkungan dan ekonomi yang begitu dahsyat melanda negeri ini. Kasus lain, Krisis lingkungan akibat eksploitasi alam besar-besaran menimbulkan bencana mematikan menelan korban jiwa dan materi yang tidak sedikit. Terjadi bencana dimana-mana kembali kepada satu sebab yaitu ulah tangan manusia begitu pesan Arrum:41 : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Bila puasa dijalankan dengan baik baik syarat dan rukunnya dan suasana batin dipenuhi oleh semangat taat maka akan menjadi solusi alternatif membereskan krisis moral. Puasa bisa melahirkan kesadaran moral otonom. Istilah moralitas otonom, oleh Immanuel Kant (1979) digambarkan sebagai kesadaran manusia akan kewajiban yang ditaatinya sebagai sesuatu dikehendakinya sendiri karena diyakini sebagai sesuatu yang baik. Seseorang menerima dan mengikuti hukum lahiriah bukan lantaran mau mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya ataupun karena takut terhadap pemberi hukuman, melainkan karena itu dijadikan kewajibannya sendiri berkat nilainya yang baik.

Bila diterapkan pada puasa seharusnya puasa bisa membentuk orang yang bermoral istimewa. Puasa itu ibadah rahasia, hanya diri dan Tuhannya lah yang tahu kebenaranya. Seandainya jika seseorang pura-pura berpuasa, maka orang lain sulit mendeteksi karena tampilan luar bisa direkayasa seolah sedang kelaparan dan kehausan. Berpuasa betul-betul lahir dari perasaan akan keagungan, kekuasaan dan pengetahuan Sang Khaliq, dampaknnya dari kesadaran ini menumbuhkan nilai rohani yang terus berkesinambungan membuat manusia hidup dalam suasana iman. Sehingga, perasaaan itu akan mendorong manusia untuk mengikatkan diri dengan segala perintah dan menghindari larangan dengan penuh keridhaan serta ketentraman jiwa bukan karena paksaan atau pengawasan manusia lain.

Jadi, orang tidak korupsi bukan karena takut KPK apalagi karena belum ada peluang tetapi kerena kesadaran bahwa seluruh tindakannya selalu dalam monitoring Sang Khaliq. Tidak ada sejengkalpun tempat yang tersembunyi apalagi luput dari pengawasan-Nya. Tumbuh kesadaran moral otonom, seandainya tidak ada orang lain yang tahu rasa takut akan dosa dan balasan siksa menjadikan orang tak berani mendekati perbuatan jahat.

Bagi yang berpuasa hanya menahan lapar haus dahaga an sich tanpa dorongan iman maka hasilnya hanya kehausan dan kelaparan. Dampak pada pola sikapnya nihil. Ini sama dengan moralitas kucing, ketika seekor kucing melihat potongan ikan dipiring dan tuannya duduk didekat piring, mustahil kucing berani ambil langkah membawa kabur ikan. Tetapi jika pemilik ikannya lengah, dijamin potongan ikan akan lenyap dibawa kucing.

Jadi, moral kucing hanya takut berbuat kesalahan manakala ada pengawas, tak berbeda dengan manusia jika hanya takut berbuat jahat disaat ada controler berarti kesadaran moralnya heteronom. Moralitas heteronom diartikan sebagai sikap dimana kewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban itu sendiri, melainkan lebih karena sesuatu yang berasal dari luar kehendak si pelaku. Dalam konteks ini, dapatlah dikatakan bahwa dependensi manusia menunjukkan inkonsistensi oleh seseorang tersebut. Dan manusia kejahatannya melebihi bintang seperti kucing. Bila kucing hanya mengambil sekadar potongan ikan untuk mengganjal rasa laparnya. Manusia sebaliknya bila loss control maka bukan hanya sepotong ikan dipiring bisa jadi ikan se-kolam dan seisi rumah berikut kendaraan dibawa lari.

Sungguh merugi jika berpuasa hanya mendapat haus dan dahaga saja tanpa ada peruban ke arah yang lebih baik. Perubahan sikap menjadi manusia sesungguhnya yaitu ketika manusia berjalan di muka bumi sesuai dengan visi penciptaan Sang Khaliq yaitu beribadah, bermoral baik dan mampu memimpin dunia (khalifah) dengan adil. Dimulai dari membenahi kesadaran internal yang takut berbuat amoral dikarenakan pengawasan Allah swt bukan yang lain.

Imam Ali bi Abi Thallib berpesan orang yang tidak berubah ke arah lebih baik hari ini dan kemudian termasuk golongan terlaknat. "Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat." Wassalam

Oleh: Ramli Yudarsana
Pengamat sosial dan pendidikan tinggal di indramayu.






Loading...




 
Berita Lainnya :
  • BMKG Provinsi Riau Ingatkan Masyarakat Waspada Hujan Lebat Disertai Petir
  • Kadisdik Riau Fauzan: Jangan Bebani Orang Tua Siswa Dengan Perpisahan di Hotel
  • Bupati Tapsel Sampaikan LKPJ Tahun 2023 ke DPRD
  • LAMR Terima Kunjungan PKDN Sespimti Polri
  • Zoefri Arie Harahap Siap Bertarung di Pilkada Sergai 2024
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
     
    Redaksi - Disclaimer - Pedoman Berita Siber - Tentang Kami - Info Iklan
    © 2016-2024 SUARAAKTUAL.CO, all rights reserved