SUARAAKTUAL.CO | PEKANBARU - Keluhan para petani singkong terhadap harga yang dinilai murah, menuai sorotan dari Sekretaris Komisi II DPRD Riau, Sugianto. Ia mengaku kasihan terhadap petani karena adanya mafia pada bibit singkong.
"Kalau ngomong bagaimana agar harga singkong bisa naik, saya mau tanya. Asosiasi atau kelompok koperasi, mana data masyarakat petani singkong. Serahkan kepada Dinas Pertanian", ucapnya disela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Perkumpulan Tani dan Nelayan Indonesia (Tanindo) Riau dan instansi terkait, diruang Medium DPRD Riau, Rabu (17/3/21).
Ia mengatakan, setelah data itu diperoleh, baru kemudian klasternya dilihat. Apakah petani itu menanam di areal sesuai peruntukkan atau tidak.
Dikatakan Sugianto, kalau grand design, tersebar di 12 kabupaten/kota, baru komitmen pemerintah yakni, dinas perdagangan, perkebunan dan pertanian.
"Nanti setelah muncul klaster itu baru kita rumuskan. Panggil investor-investor setiap Kabupaten mendirikan pabrik ubi", katanya.
Politisi asal fraksi PKB DPRD Riau itu menjelaskan, setelah grand design itu clear, pihaknya baru bisa meminta komitmen RAPP, IKPP dan Indofood untuk mau menerima produk petani singkong di Riau.
"Tapi hari ini kalau tidak ada data itu bagaimana kita ngomong mau naikkan harga singkong", ucap Sugianto pada RDP yang dipimpin Wakil ketua Komisi II DPRD Riau, M. Arpah didampingi anggota, Manahara Napitupulu, Sewitri dan sejumlah pejabat dari Pemrov Riau.
Ia mengatakan, satu-satunya pabrik singkong yang ada di Riau saat ini yakni, di Kecamatan Pinggir. Nah, ketika petani dari Pelalawan mau bawa ke Pinggir, berapa ongkosnya. Ngak akan ketemu juga, sebut Sugianto.
Oleh karena ucap Sugianto, perlu pemikiran yang luar biasa dan kejujuran untuk mendata semua petani dan luas arealnya. Setelah itu baru mencari investor untuk mendirikan pabrik baru itu jalan. Kalau tidak, maka tidak akan jalan.
"Saya tengok ada segelintir orang yang memanfaatkan momen untuk menjual bibit, buktinya di Pelalawan. Bibit dijanjikan dari saya. Nanti kalau panen saya beli. Sekarang mana penjual bibitnya, kabur semuanya", ungkap anggota DPRD Riau yang dikenal vokal tersebut.
Sugianto pun menilai bahwa ini bisnis bibit bukan bisnis singkong. Permainan mafia bibit singkong untuk menipu petani, itu yang terjadi. Dan ini harus ditangani pemerintah agar para mafia ini tidak merajalela.
Ketika ditanya apa support pemerintah terhadap para petani singkong, Sugianto pun balik bertanya. Apa yang dibutuhkan petani sekarang. Menurutnya kalau ngomong alat pembersih lahan, sudah cukup banyak eksavator dan bajak motor di setiap kabupaten/ kota.
"Itu berserak bantuan dari Pemprov Riau. Tinggal menggunakan masyarakatnya. Kalau pembinaan nanti kita suruh dinas pertanian untuk membina seluruh petani. Tapi jangan petani-petani berdasi. Tapi petani yang betul-betul mensejahterakan keluarganya", sebut anggota dewan dua priode tersebut.
Ia mengungkapkan, dengan harga Rp 800 per kilogram, sebenarnya masih untung. Tapi dengan catatan memang benar-benar petani, bukan mafia bibit.
Sebelumnya, Ketua Tanindo Riau Barisman mengeluhkan harga singkong yang dihargai hanya Rp 830 per kilogram. Sementara biaya produksi Rp 1.075/kg.
Menurut mantan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Riau itu, harga ideal singkong Rp 1.200 perkilo. Tak sampai disitu, Barisman juga mengeluhkan
rendahnya produksi yang hanya menghasilkan 40 ton perhektar.
Ia pun meminta dewan untuk mencarikan solusi dalam bentuk kemitraan. **/fin
Komentar Anda :