Pilihan Editor Galeri Foto AdvertorialPopular
   
 
Konya, Kota Tempat Tokoh Sufi Dunia Jalaluddin Rumi Menebar Cinta
Minggu, 08 November 2020 - 12:26:44 WIB
Sesudut Kota Konya
TERKAIT:
   
 

SUARAAKTUAL.CO | TURKI - Konya merupakan salah satu kota tertua di dunia yang masih dihuni hingga saat ini. Saat ini Konya termasuk wilayah Republik Turki. Pada abad ke-13, kota ini menjadi pusat peradaban Persia-Islam di tengah ancaman serangan bangsa Mongol.

Sejarah kota Konya merentang sejak zaman tiga ribu tahun sebelum Masehi (SM). CL Cahen dan Goodwin dalam Historic Cities of the Islamic World (2008) menerangkan, Konya mencapai puncak kegemilangan sejak diperintah Dinasti Seljuk. Banyak tokoh besar yang turut mendukung perkembangan itu. Di antaranya adalah penyair sufi Jalaluddin Rumi. Karya agungnya, Matsnawi, digubahnya kala bermukim di kota ini.

Konya berada di dataran tinggi Anatolia Tengah, atau sekitar 250 km dari arah selatan Ankara. Jauh sebelum Islam datang, daerah tersebut telah dikuasai berbagai rezim pemerintahan. Mulai dari bangsa Frigia, Persia, Hellenistik, melalui ekspansi Aleksander Agung pada abad keempat, hingga Romawi Timur atau Bizantium.

Masyarakat Roma kala itu menamakannya sebagai Iconium. Barulah pada abad ke-11, orang-orang Turki di bawah bendera Kesultanan Seljuk berhasil merebut kawasan subur tersebut.

Menurut Cahen dan Goodwin, sejak 1190 Konya telah meneguhkan statusnya sebagai sebuah pusat peradaban Islam. Penguasa Seljuk tidak hanya mendirikan berbagai masjid besar di sana, tetapi juga madrasah, universitas, dan perpustakaan umum. Otoritas setempat juga mengizinkan dibukanya tempat-tempat perkumpulan kaum sufi (khanqah).

Umumnya, setiap khanqah selalu bersebelahan dengan masjid dan madrasah. Ekosistem itu terus dipelihara rezim-rezim sesudahnya, termasuk Daulah Turki Utsmaniyah yang berjaya sejak awal abad ke-14.

Popularitas Konya tak lepas dari ketokohan Jalaluddin Rumi. Sosok yang bernama asli Jalaluddin Muhammad itu lahir di Balkhi, kini termasuk wilayah negara Afghanistan. Namun, ayahnya, Bahauddin Walad, memboyong keluarganya ke arah barat untuk menghindari invasi Mongol.

Mereka lantas menetap di Konya yang saat itu dipimpin seorang penguasa Seljuk yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, yakni Alauddin Kayqubad. Sebagian besar hidup Rumi dihabiskan di Konya.

Fokusnya tercurah untuk dunia tasawuf sejak kedatangan Burhanuddin Muhaqqiq, yang juga sahabat ayahnya, ke kota tersebut pada 1232. Ia sempat merantau ke luar daerah untuk belajar fikih mazhab Hanafi. Sesudah itu, dirinya kembali pulang untuk mengajar di Madrasah Khudavandgar.

Pada tahun 1244, Rumi berjumpa dengan seorang salik misterius, Syamsi Tabrizi. Pertemuan itu berdampak begitu besar bagi kehidupannya kemudian. Ia tak hanya menjadi seorang alim yang memahami fikih dan tasawuf, tetapi juga sangat lancar menggubah karya sastra, untuk mengomunikasikan pelbagai hikmah sufistik kepada khalayak luas.

Rumi wafat pada 17 Desember 1273 di Konya. Lautan manusia mengiringi pemakamannya. Tidak hanya dari kalangan Muslim, tetapi juga komunitas Kristen dan Yahudi setempat. Hal itu menandakan sifat universal dari ajaran-ajarannya, yang termaktub dalam berbagai karya gubahannya.

Pemerintah kota Konya kemudian mendirikan bangunan besar yang meliputi makam Rumi dan Bahauddin Walad. Bangunan tersebut dilengkapi dengan kubah khas arsitektur Turki berwarna hijau toska. Dahulu, namanya adalah Yesil Turbe (Makam Hijau), tetapi kini lebih dikenal sebagai Museum Mevlana. Itu merujuk pada panggilan Rumi semasa hidupnya, “Maulana”.

Hingga kini, Museum Mevlana terkenal sebagai salah satu destinasi wisata dunia. Dari kejauhan, keanggunan mausoleum itu sudah tampak. Sebuah kerucut hijau toska besar menghiasi atap gedung tua itu. Seakan-akan, kubah khas Turki itu bersaing dengan menara masjid di sebelahnya.

Tepat di bawah kerucut itu, terdapat makam sang sufi dan sastrawan besar Persia. Berdampingan dengan makam Rumi, ada pula kuburan ayahandanya dan putra sulungnya, Sultan Walad, yang dikenang antara lain sebagai pencipta Whirling Dervishes.

Sebelum memasuki ruang makam, setelah memasuki pintu utama, pengunjung akan langsung bertemu sebuah taman berhias kolam. Itulah simbol dari “Malam Penyatuan.” Istilah itu diciptakan Rumi yang pernah menyebut kematiannya sebagai momen penyatuan diri dengan Tuhan. Di taman itu pula, tarian Samaa dipertunjukkan setiap tanggal 17 Desember untuk memperingati hari wafatnya Rumi.

Pesona Konya tentunya bukan hanya pada Museum Mevlana. Bentang kota tersebut juga dipenuhi berbagai bangunan ikonik dan bersejarah. Misalnya, Masjid Besarebey, Masjid Abdulaziz, dan Masjid Hasbey Darulhuffaz. Begitu pula dengan Madrasah Ince Mineret. Meskipun berusia kuno, bangunan-bangunan cagar budaya itu selalu terawat dengan baik.***/sumber: republika




Loading...




 
Berita Lainnya :
  • OSIS Madrasah Aliyah Ponpes Darul Qur'an Hadirkan Sarwan Kelana jadi Narasumber Jurnalistik
  • Sekda Pekanbaru Tandatangani Peta Rencana Tata Ruang Kecamatan Marpoyan Damai
  • Ketua IKADIN Soroti Kinerja Plt Bupati Rokan Hilir: Tindakan Dinilai di Luar Kewenangan
  • Bawaslu Riau Catat Hingga Kini Ada 74 Pelanggaran Pilkada
  • BRK Syariah Raih Penghargaan ATM Bersama Award 2024
  •  
    Komentar Anda :

     
     
     
     
     
    Redaksi - Disclaimer - Pedoman Berita Siber - Tentang Kami - Info Iklan
    © 2016-2024 SUARAAKTUAL.CO, all rights reserved